lombok when i am love my world
Seperti pagi – pagi sebelumnya kami terburu – buru sarapan, sambil mengigit roti bakar ku ikatkan dasi merah maroon yang kupilihkan untuk suamiku yang akan rapat proker hari ini di kantornya, aku pun sibuk merapikan file – file yang harus kubawa ke kantor, sangat gaduh, itulah kebiasaan kami setiap pagi. Aku Lady Ernestasia, biasa di panggil Ernest atau lady, aku kelahiran 11 Juni 1988 Australia. Ayahku asli orang Korea dan ibu asli Yogyakarta, tulen, dari kecil aku dan keluargaku hidup nomaden, berpindah – pindah dari satu Negara ke Negara lainnya, maklum appa (panggilan ayah bahasa korea) seorang dubes korea yang suka berpetualang keliling dunia, dan mbok’e (panggilan ibu bahasa jawa) adalah seorang wirausahawati yang dagangannya harus di jajakan di beberapa negara penggemar batik. Aku hanya memiliki seorang kakak perempuan yang biasa ku panggil Unnie, dia Marciella Gnemon akrab di panggil gnemon atau cella, kalian tahukan tumbuhan dengan nama latin Gnetum Gnemon ? ya, pohon melinjo, ibu sangat suka makan melinjo di sayur asam yang sering ia buat saking sukanya beliau pada melinjo ia memberi nama belakang anak pertamanya dengan Gnemon, bagaimana kalau ibu suka buah durian ?.
“oke aku duluan yah !” ujarku pada laki- laki tinggi besar, kekar, tegap dan sepintas terlihat garang dan sangar, walau sebenarnya sangat manja yang lima bulan lalu sudah sah secara agama dan hukum sebagai suamiku. Ali Hasan Andronous, terdengar asing bukan ? ia keturunan Arab – Amrik akrab ku panggil kebo atau si gendut karena badannya yang agak gempal, kami sama – sama seorang pimpinan perusahaan yang berbeda tetapi masih satu paying yayasan, aku bekerja di bidang fashion dan kosmetik kecantikan sedangkan suamiku bekerja dalam bidang event organizer, terkadang ia juga sering mendapat job sebaga WO atau wedding organizer.
“oke, kujemput seperti biasa yah...”
“oke bye “
“bye “ kiss. Aku memasuki gedung kantor yang sudah beberapa tahun ini aku pimpin, sambutan pagi jam masuk di kantorku adalah sapaan meriah dari temanku dari SMA yang kini menjabat sebagai sekretaris, Putri Maharani.
“ppaaagggiiiiiii.......” seperti biasa, ia tampak sumringah sambil menaruh setumpuk arsip yang harus ku seleksi.
“pagi “ ucapku datar sambil lirik – lirikan dengan Putri, ia tertawa geli.
“ayo nes semangat !!!!” ucapnya semangat.
“oke gue semangat...” ucapku datar tanpa ekspresi, dan ia tertawa geli.
“duuhhh kayaknya elo harus holideeyyy deehhh....”
“itu lu tau...”
“kasian banget sih nih temen gue satu....oh ya gimana honey moon lo ?” tanyanya penuh selidik.
“belom sempet banyak kerjaan...” ucapku datar sambil membolak – balik kertas arsip penuh dengan grafik.
“hhaaahh ??? belom ??”
“gak percayaan amat sih lo ?”
“gini ya..ini kan bulan kelima pernikahan lo, masa lo sama sekali belom ngerasain yang namanya honey moon ??”
“gini ya..seandainya ini arsip gak ada di depan mata gue, gue udah honey moon lima bulan, bahkan lebih ke Lombok !” balasku.
“trus berarti lo belom ‘ngerasain’ dong ?”
“ngerasain apaan ?”
“setiap orang dewasa yang udah married pasti ngerti maksud gue...”
“......apaan sih ?”
“duh...segala gak ngerti lagi....contohnya anak gue tuh si Aga sama Agy...”
“ck...(mendecak) “
“belom ??”
“belom...”
“masaa ???”
“gue sama – sama lagi capek jadi gak jadi mulu...”
“astaga tuhan.....trus kapan lo mau punya anak ?”
“oh iya ya...kapan yah ???”
GUBRAK !
Baru kusadari karena kesibukan kami membuat hubungan kami bukan seperi suami istri, kami justru terlihat seperti orang pacaran, di setiap dinner kami sama – sama tak bisa lepas dari handphone, di setiap obrolan kami pun selalu terpotong oleh panggilan dari kolega atau rekan bisinis yang lain, ketika malam pun kami biasanya tertidur di atas meja kerja atau di sofa kesayanganku ketika sedang mengetik. Seperti bukan keluarga saja.Ku coba membuka obrolan di tengah perjalanan menuju rumah.
“ehm...al..ngerasa gak kalau kita belum ngerasain yang namanya honey moon ?”
“hah ? honey moon ?”
“he eh...kita sibuk terus kapan mau holiday ?”
“ehmmm kapan yah ? bingung mau nentuin kapan harinya...”
“kita samain schedule yah...” Kutelusuri agendakerjaku, hampir satu bulan kedepan tak ada waktu senggang untuk kami liburan, aku menutup agendaku dengan kecewa.
“gak ada yang kosong yah ? “ Tanya ali sambil menyetir.
“iya...satu bulan kedepan penuh...bete ah !!” Sesampainya di rumah aku langsung turun dari mobil dan menuju kamar, bi Ijah yang sedang membuatkan minuman hangat bingung dengan kelakuanku, dan menghampiriku ke kamar, maklum anak asuhnya selama dua puluh satu tahun sudah hapal kalau aku sedang ada masalah, bi Ijah mencoba membujukku dengan memasak air hangat untuk mandi, aku menolak dengan halus, masa iya aku sudah menikah mesih di buatkan air hangat untuk mandi ? apa kata dunia ?. Setelah membersihkan badan aku langsung makan malam bersama suami, dan para anak buahku (baca : pembantu). Aku paling suka makan rame – rame, lebih terasa kekeluargaannya, mungkin bagi sebagian orang makan bersama orang yang ‘di bawah kita’ tidak pantas dilakukan, tapi menurutku mereka pantas mendapatkan imbalan yang sepantasnya dari hasil kerja mereka.
Seperti hari – hari kemarin, Putri menyapaku dengan girang, setumpuk arsip yang harus ku selesaikan dan tidur malam yang tidak romantis, terus berlanjut hingga bulan ke – enam pernikahan kami. Aku bosan.
Aku duduk dengan wajah tertekuk dan dahi mengkerut sampai terlihat menyatu, anak rambutku mencuat kesana – kemari, bajuku kusut dan napasku agak tersengal – sengal.
“lo kenapa nes ?” Tanya putri sambil memijit bahuku.
“hey what are you doing ?” Tanya mira asisten managerku dari bagian marketing.
“.....rrrrhhhhh...”
“jangan bilang lo kesurupan...?”
“kesurupan ? mana ada setan yang berani ama ernes ?” timpal mira.
“bisa aja kali...dedengkotnya setan...?”
“ehm maybe...”
“aaarrrrggggghhhh......”
“tuh kan ! bener kata gue kesurupan !” semua pegawaiku masuk kedalam ruanganku dan langsung memegang tangan dan kakiku, ada Jono salah satu karyawanku yang memegang air putih dan tiba – tiba saja menyemburkan air yang ada di mulutnya, bbyyuurrrr....Aku di kira kesurupan.
“setannya udah pergi mbak..” ucap Jono sok tahu, sambil mengelap mulutnya dengan lengan kemejanya, aku diam dan melirik tajam ke arah Putri dan Jono. Beberapa karyawanku
“oke aku duluan yah !” ujarku pada laki- laki tinggi besar, kekar, tegap dan sepintas terlihat garang dan sangar, walau sebenarnya sangat manja yang lima bulan lalu sudah sah secara agama dan hukum sebagai suamiku. Ali Hasan Andronous, terdengar asing bukan ? ia keturunan Arab – Amrik akrab ku panggil kebo atau si gendut karena badannya yang agak gempal, kami sama – sama seorang pimpinan perusahaan yang berbeda tetapi masih satu paying yayasan, aku bekerja di bidang fashion dan kosmetik kecantikan sedangkan suamiku bekerja dalam bidang event organizer, terkadang ia juga sering mendapat job sebaga WO atau wedding organizer.
“oke, kujemput seperti biasa yah...”
“oke bye “
“bye “ kiss. Aku memasuki gedung kantor yang sudah beberapa tahun ini aku pimpin, sambutan pagi jam masuk di kantorku adalah sapaan meriah dari temanku dari SMA yang kini menjabat sebagai sekretaris, Putri Maharani.
“ppaaagggiiiiiii.......” seperti biasa, ia tampak sumringah sambil menaruh setumpuk arsip yang harus ku seleksi.
“pagi “ ucapku datar sambil lirik – lirikan dengan Putri, ia tertawa geli.
“ayo nes semangat !!!!” ucapnya semangat.
“oke gue semangat...” ucapku datar tanpa ekspresi, dan ia tertawa geli.
“duuhhh kayaknya elo harus holideeyyy deehhh....”
“itu lu tau...”
“kasian banget sih nih temen gue satu....oh ya gimana honey moon lo ?” tanyanya penuh selidik.
“belom sempet banyak kerjaan...” ucapku datar sambil membolak – balik kertas arsip penuh dengan grafik.
“hhaaahh ??? belom ??”
“gak percayaan amat sih lo ?”
“gini ya..ini kan bulan kelima pernikahan lo, masa lo sama sekali belom ngerasain yang namanya honey moon ??”
“gini ya..seandainya ini arsip gak ada di depan mata gue, gue udah honey moon lima bulan, bahkan lebih ke Lombok !” balasku.
“trus berarti lo belom ‘ngerasain’ dong ?”
“ngerasain apaan ?”
“setiap orang dewasa yang udah married pasti ngerti maksud gue...”
“......apaan sih ?”
“duh...segala gak ngerti lagi....contohnya anak gue tuh si Aga sama Agy...”
“ck...(mendecak) “
“belom ??”
“belom...”
“masaa ???”
“gue sama – sama lagi capek jadi gak jadi mulu...”
“astaga tuhan.....trus kapan lo mau punya anak ?”
“oh iya ya...kapan yah ???”
GUBRAK !
Baru kusadari karena kesibukan kami membuat hubungan kami bukan seperi suami istri, kami justru terlihat seperti orang pacaran, di setiap dinner kami sama – sama tak bisa lepas dari handphone, di setiap obrolan kami pun selalu terpotong oleh panggilan dari kolega atau rekan bisinis yang lain, ketika malam pun kami biasanya tertidur di atas meja kerja atau di sofa kesayanganku ketika sedang mengetik. Seperti bukan keluarga saja.Ku coba membuka obrolan di tengah perjalanan menuju rumah.
“ehm...al..ngerasa gak kalau kita belum ngerasain yang namanya honey moon ?”
“hah ? honey moon ?”
“he eh...kita sibuk terus kapan mau holiday ?”
“ehmmm kapan yah ? bingung mau nentuin kapan harinya...”
“kita samain schedule yah...” Kutelusuri agendakerjaku, hampir satu bulan kedepan tak ada waktu senggang untuk kami liburan, aku menutup agendaku dengan kecewa.
“gak ada yang kosong yah ? “ Tanya ali sambil menyetir.
“iya...satu bulan kedepan penuh...bete ah !!” Sesampainya di rumah aku langsung turun dari mobil dan menuju kamar, bi Ijah yang sedang membuatkan minuman hangat bingung dengan kelakuanku, dan menghampiriku ke kamar, maklum anak asuhnya selama dua puluh satu tahun sudah hapal kalau aku sedang ada masalah, bi Ijah mencoba membujukku dengan memasak air hangat untuk mandi, aku menolak dengan halus, masa iya aku sudah menikah mesih di buatkan air hangat untuk mandi ? apa kata dunia ?. Setelah membersihkan badan aku langsung makan malam bersama suami, dan para anak buahku (baca : pembantu). Aku paling suka makan rame – rame, lebih terasa kekeluargaannya, mungkin bagi sebagian orang makan bersama orang yang ‘di bawah kita’ tidak pantas dilakukan, tapi menurutku mereka pantas mendapatkan imbalan yang sepantasnya dari hasil kerja mereka.
Seperti hari – hari kemarin, Putri menyapaku dengan girang, setumpuk arsip yang harus ku selesaikan dan tidur malam yang tidak romantis, terus berlanjut hingga bulan ke – enam pernikahan kami. Aku bosan.
Aku duduk dengan wajah tertekuk dan dahi mengkerut sampai terlihat menyatu, anak rambutku mencuat kesana – kemari, bajuku kusut dan napasku agak tersengal – sengal.
“lo kenapa nes ?” Tanya putri sambil memijit bahuku.
“hey what are you doing ?” Tanya mira asisten managerku dari bagian marketing.
“.....rrrrhhhhh...”
“jangan bilang lo kesurupan...?”
“kesurupan ? mana ada setan yang berani ama ernes ?” timpal mira.
“bisa aja kali...dedengkotnya setan...?”
“ehm maybe...”
“aaarrrrggggghhhh......”
“tuh kan ! bener kata gue kesurupan !” semua pegawaiku masuk kedalam ruanganku dan langsung memegang tangan dan kakiku, ada Jono salah satu karyawanku yang memegang air putih dan tiba – tiba saja menyemburkan air yang ada di mulutnya, bbyyuurrrr....Aku di kira kesurupan.
“setannya udah pergi mbak..” ucap Jono sok tahu, sambil mengelap mulutnya dengan lengan kemejanya, aku diam dan melirik tajam ke arah Putri dan Jono. Beberapa karyawanku
Komentar